Keranjingan SMS Picu Perilaku Negatif Remaja


Detail Berita
Bila anak terlalu keranjingan SMS, perlu diwaspadai karena ada dampak negatifnya. (Foto: Google)
KEBIASAAN mengirim pesan teks lewat SMS oleh para remaja ternyata terbukti memicu perilaku negatif. Mereka akan mudah terjerumus dalam seks bebas, minum-minuman keras, dan obat-obatan terlarang.    

Ponsel kini sudah menjadi barang wajib bagi anak sekolah. Kehilangan atau bahkan ketinggalan ponsel di rumah saja, rasanya sedih bukan main. Tak bisa dipungkiri, perkembangan teknologi saat ini sepertinya mengalahkan aktivitas sosial manusia, terutama di kalangan remaja. Meski banyak manfaat yang didapat, memiliki ponsel juga berakibat buruk.

Sebuah studi terbaru menunjukkan, remaja yang mengirim pesan pendek (short message service/ SMS) lewat ponselnya hingga 120 kali atau lebih dalam sehari –yang memang sering dikerjakan oleh mereka– memiliki kecenderungan untuk terjerumus dalam perilaku negatif, seperti pergaulan bebas dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dibanding mereka yang tidak melakukannya.

Peneliti memang tidak menghubungkan secara langsung hubungan keranjingan SMS ini dengan seks bebas, minum-minuman keras, atau obat-obatan terlarang. Namun, hal itu merujuk pada keterkaitan antara pengiriman SMS yang berlebihan dan perilaku berisiko pada diri remaja.

Kesimpulannya, sejumlah besar remaja sangat rentan terhadap tekanan dari lingkungan, stres memiliki orang tua yang permisif, atau bahkan kehilangan sosok panutan.

”Jika orang tua memantau SMS dan jejaring soal anak mereka, mereka juga memantau kegiatan lainnya,” kata Dr Scott Frank, seorang profesor epidemiologi dan biostatistik di Case Western Reserve University School of Medicine, Amerika Serikat seperti dikutip Associated Press.

Frank dijadwalkan menyajikan presentasi studi ini pada Selasa (16/11) dalam pertemuan American Public Health Association di Denver, Amerika Serikat. Penelitian ini sendiri dilakukan di 20 SMU negeri di wilayah Cleveland, Amerika Serikat, tahun lalu dan berdasarkan pada survei tertulis lebih dari 4.200 siswa.

Dia menemukan bahwa sekitar satu dari lima siswa gemar kirim SMS dan sekitar satu dari sembilan siswa keranjingan jejaring sosial, di mana mereka menghabiskan tiga jam atau lebih sehari bermain Facebook dan situs jaringan sosial lainnya. Sekitar satu dari 25 siswa di antaranya masuk ke dalam dua kategori tersebut.

Studi tersebut juga menyebutkan, keranjingan kirim SMS dan menggunakan jejaring sosial lebih umum dilakukan oleh remaja perempuan, kaum minoritas, anakanak yang orang tuanya berpendidikan rendah, dan siswa dengan ibu single parent. Studi ini adalah penelitian pertama yang ingin melihat apakah keranjingan SMS dan situs jejaring sosial terkait dengan hubungan seks bebas atau perilaku berisiko lainnya.

”Studi ini menunjukkan bahwa (hubungan keranjingan SMS dan perilaku negatif) merupakan sebuah permasalahan yang sah untuk dieksplorasi,” tutur Douglas Gentile, yang mengelola Media Research Lab di Iowa State University, Amerika Serikat.

Studi ini menemukan bukti bahwa seseorang yang mengirim SMS setidaknya 120 kali sehari, hampir tiga setengah kali kemungkinannya untuk terjerembab dalam hubungan seks bebas bila dibandingkan dengan mereka yang mengirim SMS lebih sedikit.

Siswa penggemar SMS berat juga lebih mungkin terlibat dalam perkelahian fisik, pesta minum-minuman keras, penggunaan obat terlarang, atau minum obat tanpa resep. Dibandingkan gemar mengirim SMS, seseorang yang keranjingan situs jejaring sosial juga kemungkinan besar melakukan seks di luar nikah. Namun, kecenderungannya lebih besar terlibat dalam perilaku berisiko lainnya, seperti minum alkohol atau berkelahi.

Namun, studi ini tidak menanyakan dengan jelas seperti apa isi SMS yang mereka kirim atau apa yang dibahas siswa pada situs jejaring sosial. Sementara itu, sebuah studi yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation menemukan bahwa sekitar setengah dari anak usia 8 sampai 18 tahun selalu mengirim SMS dari ponselnya setiap hari. Remaja yang keranjingan ini diperkirakan rata-rata mengirim SMS sebanyak 118 kali per hari.

Penelitian tersebut juga menghasilkan fakta bahwa hanya 14 persen dari anak-anak pengikut studi yang mengatakan kalau orangtua mereka menetapkan aturan pembatasan pengiriman SMS. Studi-studi lain juga telah mengaitkan hubungan remaja penggemar SMS dengan perilaku negatif atau cabul. Sebuah studi oleh Pew Research Center menemukan bahwa sekitar satu dari tiga remaja usia 16 dan 17 tahun mengirimkan SMS saat mengemudi.

Sementara itu, jajak pendapat yang dilakukan Associated Press bekerja sama dengan MTV juga menghasilkan fakta bahwa sekitar seperempat dari remaja partisipan mengirim ”sexted”, yaitu berbagi konten seksual eksplisit seperti foto, video, dan chat online lewat ponsel.

Salah satu partisipan yang tinggal di pinggiran Kota Cleveland, Amerika Serikat, mengaku isi pesan yang dikirim oleh dirinya biasanya tentang percakapan remeh –tidak menyangkut soal seks– antar teman, PR dari guru, dan acara amal di sekolah. ”Saya mengirim SMS kepada ibu, jam berapa dia mau menjemput saya,” kata Tiara Freeman-Sargeant, 14, mahasiswa semester pertama di Heights High School, Amerika Serikat.

Tiara mengungkapkan, dirinya mengirim dan menerima SMS sekitar 250 kali sehari. Menurut rekan sekelasnya, Ivanna Storms-Thompson, berbicara di telepon tidak menarik bagi beberapa remaja. ”Tangan kamu akan capai, telinga berkeringat,” kata Ivanna.
(SINDO//tty)
====================================================================
RTPS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar